My World of Human Resource Development

Monday, July 10, 2006

Wajib Belajar 9 Tahun?

Sudah lama pemerintah kita mencanangkan program Wajar sembilan tahun (wajib belajar sembilan tahun). Saya sangat terusik dengan istilah wajib belajar. Ada kecenderungan masyarakat kita resisten terhadap kewajiban. Jadi istilah wajib dalam belajar itu malah membangun persepsi negatif anak-anak kita terhadap kegiatan belajar.

Seyogyanya istilah wajib belajar sembilan tahun diganti dengan hak belajar sembilan tahun. Istilah wajib belajar cenderung dipersepsikan "anak didik yang punya kewajiban." Padahal UUD kita mengamanarkan pemerintah yang punya kewajiban. Pasal 30 ayat 1 UUD 45 menyatakan: "Setiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran." Mari kita bangun persepsi baru, belajar bukan kewajiban, namun belajar adalah KEBUTUHAN.

Saturday, July 08, 2006

Great Teacher

Dalam salah satu buku karangan Andrias Harefa yang pernah saya baca, disinggung soal Universitas Kehidupan. Sebenarnya tanpa sekolah formal pun kita ini sudah berada dalam sebuah universitas yang sangat besar yaitu Universitas Kehidupan. Menurut Andrias Harefa, Universitas Kehidupan dicirikan oleh dua hal, yaitu:

  • Setiap orang adalah guru.
  • Setiap tempat adalah sekolah.

Setiap saya diminta menjadi pembicara dalam seminar (topik apapun), Universitas Kehidupan ini sering saya singgung. Hanya saja cirinya menurut saya perlu ditambah dua hal lagi, yaitu:

  • Setiap hal yang terjadi adalah media belajar.
  • Kurikulumnya yang menyusun adalah "mahasiswa" sendiri.

Kali ini, saya ingin menyinggung ciri yang pertama saja, yaitu: “Setiap orang adalah guru.” Kata banyak orang, guru dan yang dikerjakan oleh guru itu dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu:
A bad teacher, tells.
A good teacher, shows.
A great teacher, inspires.

Alangkah hebatnya jika banyak orang berusaha menjadikan dirinya menjadi great teacher sehingga bisa menginspirasi orang-orang lain di sekitarnya. Mari kita jadikan Indonesia tercinta ini menjadi The Great University of Life.

Thursday, May 04, 2006

Inspirational 02

Bagaimana kualitas seorang insan ketika sudah dewasa, sangat tergantung dari cara lingkungannya membentuk insan yang bersangkutan. Tulisan Dorothy Low Nolte di bawah ini bisa menjadi gambaran dan pedoman bagi kita tentang suat proses dan hasilnya bagi setiap insan. Tulisan luar biasa ini sangat mengilhami saya dan mudah-mudahan juga bisa mengilhami Anda.
Dari Lingkungan Hidupnya Anak-anak Belajar
Jika anak biasa hidup dicacat dan dicela, kelak ia akan terbiasa menyalahkan orang lain.
Jika anak biasa hidup dalam permusuhan, kelak ia akan terbiasa menentang dan melawan.
Jika anak biasa hidup dicekam ketakutan, kelak ia akan terbiasa merasa resah dan cemas.
Jika anak terbiasa hidup dikasihani, kelak ia akan terbiasa meratapi nasibnya sendiri.
Jika anak biasa hidup diolok-olok, kelak ia akan terbiasa menjadi pemalu.
Jika anak biasa hidup dikelilingi perasaan iri, kelak ia akan terbiasa merasa bersalah.

Jika anak biasa hidup serba dimengerti dan dipahami, kelak ia akan terbiasa menjadi penyabar.

Jika anak biasa hidup diberi semangat dan dorongan, kelak ia akan terbiasa percaya diri.

Jika anak biasa hidup banyak dipuji, kelak ia akan terbiasa menghargai.

Jika anak biasa hidup diterima oleh lingkungan, kelak ia akan terbiasa mencintai.

Jika anak biasa hidup tanpa banyak dipersalahkan, kelak ia akan terbiasa senang dengan dirinya sendiri.
Jika anak biasa hidup mendapatkan pengakuan dari kiri kanan, kelak ia akan terbiasa menetapkan sasaran langkahnya.

Jika anak biasa hidup jujur, kelak ia akan terbiasa memilih kebenaran.
Jika anak biasa hidup diperlakukan adil, kelak ia akan terbiasa dengan keadilan.
Jika anak biasa hidup mengenyam rasa aman, kelak ia akan terbiasa mencintai orang-orang di sekitarnya.

Jika anak biasa hidup di tengah keramahtamahan, kelak ia akan terbiasa berpendirian, “Sungguh indah dunia ini!”

-Dorothy Low Nolte-
(Children Learn What They Live With)

Inspirational 01

Lebih kurang 10 tahun yang lalu, salah satu dosen MIPA Unesa Surabaya memberikan sebuah eksemplar majalah keluaran Unesa. Majalah itu bentuk dan desainnya sangat sederhana. Ketika saya membuka-buka isinya, ada tulisan yang sangat menarik perhatian saya. Tulisan itu sangat impresif dan sangat inspiratif. Sayang tidak disebutkan nama penulisnya. Sampai sekarang saya masih penasaran ingin tahu siapa penulisnya. Terus terang saya ingin berkenalan. Inilah tulisan yang mampu membuat saya masih penasaran sampai sekarang:

Aku Tidak Memilih Menjadi Insan Biasa

Aku tidak memilih menjadi insan biasa
Memang hakku menjadi luar biasa
Aku mencari tantangan
Bukan perlindungan
Dan siap menghadapi resiko
yang telah kuperhitungkan

Dengan gagah berani aku hadapi dunia
Dan berkata, "Inilah karyaku!"
Segalanya ini memberikan makna
bagi seorang insan

Tujuan hidup mengarahkan langkahku
Percaya diri menguatkan derapku
Kemauan adalah sumber energiku
Keuletan menerjang habis rintangan
Langkahku tak bisa dihentikan

Anda terinspirasi? Mudah-mudahan. Jika Anda tahu pengarangnya, tidak keberatan kan Anda memberikan informasi itu kepada saya? Saya tunggu informasi Anda dengan harap-harap cemas.

Monday, May 01, 2006

Wujud Syukur Sang Pemenang

Suatu saat saya sedang berada di toko yang menjual VCD dan DVD. Saya tertarik dengan VCD buatan Harun Yahya yang berjudul Rahasia Penciptaan Manusia. Saya beli VCD itu, sampai di rumah langsung saya tonton. Tahukah Anda sampai sekarang saya sudah menonton VCD itu berapa kali? Lebih dari 15 kali. Apa yang hebat dari VCD itu?

Rahasia penciptaan manusia bercerita tentang kita. Suatu saat lebih kurang 250 juta sperma dari calon ayah dikirim ke lubang vagina dari calon ibu. Sebanyak 250 juta sperma itu kemudian berlomba-lomba menuju saluran yang disebut tuba falopii untuk bertemu dengan ovum yang sudah matang. Pada akhirnya yang bisa mendekati ovum hanya sekitar 100 sperma. Luar biasa, 100 sperma ini ibarat sebuah kompetisi adalah para finalisnya. Mereka berhasil menyingkirkan kurang lebih 249.999.900 pesaing. Toh yang berhasil menembus sel telur hanya satu sperma (sang pemenang). Bersatunya sperma dengan sel telur itulah saya, dan terjadinya Anda juga dengan proses yang sama. Kita adalah pemenang karena telah berhasil menyingkirkan 249.999.999 pesaing.

Tiap individu yang ada di dunia sudah ditakdirkan oleh Yang Maha Kuasa untuk menjadi pemenang. Terpulang kepada kita masing-masing, mau atau tidak kita mengasah seluruh potensi yang ada pada diri kita untuk kita ubah menjadi prestasi. Jika kita mau mengasah seluruh potensi yang ada pada diri kita agar menjadi prestasi (dalam banyak bidang), itulah sebenarnya wujud rasa syukur kita kepada Sang Pencipta.

[Image from www.creationofman.net]